Skip to main content

Sebuah Perasaan

Akhirnya perasaan itu datang.
Hari itu, detik itu, aku kembali merasakan sebuah perasaan yang telah lama hilang.
Sebuah perasaan yang dikenal sebagai perasaan yang mudah timbul dan tenggelam.
Muncul sesukanya, semaunya, seenaknya.

Sebuah perasaan.
Perasaan dimana kupu-kupu seperti sedang menggelitik perutmu.
Perasaan dimana hatimu seperti sedang mengendarai pesawat ulang-alik,
terbang bebas menuju tak terbatas.
Perasaan dimana kau ingin menari tanpa sebuah alasan.
Perasaan dimana terdapat sebuah cahaya harapan dibalik kekhawatiran dan keraguan.

Ya.

Aku memang tidak pernah meminta untuk diketuk hatinya.
Aku memang tidak pernah meminta untuk diberi manisnya sebuah perasaan
Aku memang tidak pernah meminta sebuah ketulusan.

“Namun aku bersyukur.”

Kau datang
Kau ketuk
Kau berusaha
Hingga
Kau menang.
Memperjuangkan.

Hidup dan takdir siapa yang sangka.
Sikap, pikiran, dan pandangan siapa yang bisa menebak
Hati seperti ombak, ia akan mengalami pasang-surut; kecil-besarnya gelombang.

Memang sangat singkat,
namun sepertinya kita tidak perlu lagi alasan mengapa.
Semuanya mengalir begitu saja.
Bahkan tanpa adanya aba-aba.

Bagaikan api dan air,
Kau dan aku,
Panas dan dingin,
“Yin dan Yang.”

Mencoba untuk menyatu
Membuat suatu kelarasan
Mengubah dan menyatukan ketidaksempurnaan
Untuk menciptakan sebuah keseimbangan

Kemudian,
Kataku, “Kau menyenangkan.”
Katamu, “Kau menenangkan.”

Kau tahu? Kita tidak butuh alasan.
Persetan dengan alasan.
Tidak perlu.

Masih segar dalam ingatan
Katamu, suatu hari, “Coba kita lengkapi, masing-masing”.
“Baiklah. Kita coba.”, anggukku tanda setuju.

Bagai layangan lepas,
yang pergi mengikuti kemana arah angin akan membawanya.
Kitapun menitipkan sebuah perasaan,
melalui angin kehidupan.

Memang kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan sana
Namun boleh kan, berharap?
Jika seterusnya perasaan ini tidak berujung pudar dan lenyap.
Semoga kita dapat bertahan.
Dapat saling menguatkan.
Dapat saling menjaga.

Dapat saling menghormati,
Menghargai,
Sebuah perasaan itu.

Ya.

10:22 p.m.

Comments

Popular posts from this blog

Temet Nosce: Sebuah Mantra Hidup

Pernah mendengar Temet Nosce ? Istilah tersebut diambil dari bahasa latin, dikenal dan dipopulerkan melalui filsuf Yunani Kuno, Socrates. Temet Nosce memiliki makna “ Know thyself ” apabila diartikan kedalam bahasa inggris. Ya, kata tersebut adalah kata yang saya kutip di salah satu akun profil media sosial saya. Sebenarnya saya menemukan kata tersebut belum lama ini. Berawal dari hanya iseng-iseng searching bahasa latin sampai akhirnya saya menemukan kalimat tersebut tanpa sengaja. Setelah mencari arti dan makna kalimat ini, saya pun merasa seperti terilhami dan tersadarkan. Pertama kali saya membaca maknanya saya menangis. Inilah yang membuat saya terpukau. Kata ini sungguh sederhana, namun maknanya sangatlah mendalam.  FYI , kata ini sebenernya terpatri di dinding kuil Apollo –the Oracle yang berada di Delphi, Yunani. Dalam bahasa Yunani adalah “ Gnothi Se Authon ” atau dalam bahasa Inggris “ Know thyself and thou shall know all the mysteries of the gods and of the universe ...

Sebuah Pengandaian (1)

Andai terlahir sebagai kucing. Kucing dapat memilih ingatan yang ingin ia ingat Tak perlu kesulitan menyikapi masalah atau bahkan memikirkan segala ingatan-ingatan buruk yang telah dialami Ia tinggal melupakannya Dan memilih untuk mengingat bagian yang indah-indah saja. Semudah itu. Ah, andai saja.